Berdirinya sebuah pusat kegiatan seperti sekolah, kantor atau tempat wisata, tak ayal memicu tempat-tempat pendukung di sekitarnya menjamur. Toko cendera mata, toko baju, tempat fotokopi, tempat makan, penginapan, toilet umum serta lahan parkir akan bermunculan. Bisa dikatakan bahwa sebuah pusat kegiatan merupakan lapangan pekerjaan baru. Masyarakat sekitar berbondong-bondong meraup keuntungan dari situasi ini.
Dari sekian banyak tempat pendukung yang berdiri, bisnis kuliner merupakan peluang yang paling menguntungkan. Karena manusia memerlukan makanan untuk mengisi ulang energi mereka. Jika kita pikir sekali lagi, tidak ada pusat keramaian tanpa ada restoran, warung makan, kafe, kantin atau hanya sekedar pedagang kaki lima. Penjaja kuliner tersebut tak hanya menawarkan satu jenis makanan saja. Beragam makanan bisa ditemukan dalam satu kawasan. Dari masakan khas daerah tersebut, makanan daerah lain hingga makanan dengan resep yang telah diperbaharui.
UKSW atau Universitas Kristen Satya Wacana merupakan salah satu pusat kegiatan belajar yang berdiri di kota Salatiga. Berdirinya universitas ini memberi banyak kemajuan untuk kota Salatiga. Kota kecil ini semakin ramai penghuni. Dari mahasiswa, pelancong yang sekedar mampir, hingga orang-orang yang datang khusus ke Salatiga untuk mengadu nasib.
UKSW memiliki mahasiswa yang beragam. Semua bagian Indonesia ada di sini. Dari Sabang sampai Merauke. Indonesia asli sampai etnis Tionghoa. Bahkan ada beberapa mahasiswa asing yang memilih belajar di UKSW.
Banyaknya jumlah mahasiswa UKSW tak hanya membuat dua tiga tempat makan berdiri. Hampir di setiap sudut kawasan UKSW ada tempat makan. Depan, belakang, samping dan di dalam kawasan UKSW itu sendiri. Keberagaman mahasiswanya juga membuat banyak pedagang mulai berinovasi dengan menu yang mereka jual. Mereka kini tak hanya menyajikan makanan lokal saja, namun makanan daerah lainnya juga ikut tersedia. Dari masakan Padang hingga masakan Manado. Tak sedikit pula makanan asing seperti makanan Jepang tersedia di UKSW.
Ragam pedagangnya pun tak hanya masyarakat lokal. Bisnis kuliner menjadi salah satu cara para perantau bertahan hidup. Seperti yang terlihat di kafe Satya dan kafe Rindang dalam lingkungan UKSW. Masakan cepat saji, masakan Bali, masakan Cina, masakan Jogja, dan masakan Manado tersedia di sini.
Mungkin alasan rindu akan masakan rumah menjadi pemicu munculnya keberagaman makanan ini. Makanan Manado misalnya. Dulu makanan Manado tak mungkin tersedia di Jawa karena tak ada yang tahu bahan serta cara memasaknya. Namun kini masakan Manado tersedia di beberapa tempat dengan koki asli dari Manado itu sendiri. Tentunya rasa yang ditawarkan tidak sama dengan masakan Manado asli karena bahan yang digunakan sedikit berbeda. Namun hal tersebut cukup mengobati kerinduan mahasiswa Manado akan tanah kelahirannya.
Terlepas dari kerinduan tersebut, banyak mahasiswa perantauan yang menikmati makanan lokal. Cita rasa masakan Jawa yang sedikit berbeda tak menghalangi keinginan mereka untuk mencicipinya. Ada yang lebih memilih makanan daerahnya namun ada juga yang akhirnya menyukai masakan Jawa.
Namun intinya, di dalam UKSW yang luasnya tak seberapa ini, keberagaman etnis dan makanan bisa ditemukan berdampingan. Semua etnis bebas menikmati apapun yang ingin mereka makan tanpa harus pergi ke daerah asal makanan tersebut.
makasih untuk info infonya kak
ReplyDeleteal isra ayat 32
nice info thank you
ReplyDeleteindonesia oriflame