Monday, March 3, 2014

Penutupan Institut Tropen

Koninklijk Instituut voor de Tropen atau Institut Tropen terancam ditutup karena berkurangnya subsidi pemerintah sejak 2008. Untuk mengurangi pengeluaran, Institut Tropen menghentikan pertunjukan musik dan teater, meniadakan pelatihan dan manajemen informasi, serta memberhentikan 23 dari 52 karyawannya. Bahkan layanan Perpustakaan Tropen juga telah ditutup sejak 1 Agustus 2013. Berbagai aksi protes dan petisi dilakukan masyarakat Belanda untuk menentang kebijakan penghematan ini. Akhirnya pemerintah memutuskan untuk tetap memberi subsidi ke Museum Tropen hingga tahun 2016.
Museum Tropen merupakan museum yang menyimpan koleksi Hindia Belanda sebagai awalnya. Barang-barang kuno yang berasal dari Indonesia, tersimpan rapi di museum ini. Seperti Arca Sri Bharata Anusapati (raja kedua Kerajaan Singosari), De Kris van Knaud (keris milik Paku Alam V yang dihadiahkan kepada Charles Knaud), Pustaha (buku pendeta dari Batak), serta ribuan koleksi tekstil Indonesia. Wayne Modest, Kepala Urusan Museum Tropen mengatakan bahwa koleksi Indonesia adalah koleksi yang sangat bernilai untuk museumnya. Hal ini menegaskan bahwa barang-barang koleksi tersebut tidak mungkin diserahkan kembali ke Indonesia walaupun Museum Tropen akan ditutup.
Penutupan layanan Perpustakaan Tropen memberikan dampak yang luar biasa untuk 900 ribu buku koleksi perpustakaan ini. Hans van Hartevelt, Direktur Perpustakaan Koninklijk Instituut voor de Tropen sempat khawatir tentang nasib buku-buku tersebut. Namun kekhawatiran tersebut hilang karena Bilbliotheca Alexandria (Perpustakaan Aleksandria) di Mesir siap menampung buku-buku tersebut. Sebelumnya, sebanyak 400 ribu buku telah diambil oleh Rijksuniversiteit van Leiden (Universitas Leiden). Beberapa koleksi juga telah disebar ke banyak universitas dan institut, termasuk Indonesia. Indonesia sendiri mendapat hibah sebanyak 13 ribu buku dari Perpustakaan Tropen.

1 comment: